RUPA MATA

RUPA MATA

  • Nasional
  • Daerah
  • Regional
  • Budaya & Seni
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Advertorial
  • Politik
  • Kesehatan
  • Pemerintahan
  • Hukum & Kriminal
  • Opini
  • Peristiwa
  • Pendidikan
  • Beranda
  • Opini

Mendulang Luka yang Kembali Mekar atau Justru Makar

Oleh Hestiana
03 September

Oleh: Rizal 

Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Parepare

RUPAMATA.ID,PAREPARE--Indonesia adalah negara kaya terdiri dari puluhan ribu pulau yang menyimpan sejarah kelam sebelum dan sesudah terbentuknya dari masa Pra kemerdekaan hingga Perubahan rezim. 

Seiring dengan dinamika dan polemik yang dihadapi sehingga membentuk Nusantara negeri kita hari ini dengan keanekragaman agama, suku, ras, dan budaya sebagai identitas dan karakter yang melekat.

Dibalik negara yang seiring dengan berkembangnya waktu mengalami pertumbuhan tidaklah terlepas daripada dinamika sosial. 

Sebagai salah satu contoh problem yang dihadapi pasca presiden pertama memproklamirkan kemerdekaan menjadi negara republik yang berdaulat salah satunya adanya konfrontasi kepentingan politik.

Konfrontasi kepentingan politik adalah situasi di mana dua kubu atau lebih yang dimana memiliki kepentingan yang berbeda dan bertentangan dalam konteks politik. Konfrontasi ini dapat terjadi antara individu, kelompok, partai politik, dan meluas skala global.

Beberapa peristiwa sejarah mencatat bahwa konflik terjadi karna adanya ketidapuasan antara pihak oposisi dengan pemerintahan dikarenakan keputusan atau kebijakan yang mendeskriminasi dan yang sudah jauh dari apa yang sudah di visikan. 

Selain daripada perbedaan ideologi dan kepentingan dalam politik juga bisa menyeret Konflik antara partai-Partai politik yang masing-masing juga memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda.

Akibat dari pergolakan dan gejolak yang terjadi karna ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang dijalankan maka beberapa catatan sejarah mencatat bahwa perbedaan paradigma dan kepentingan bisa menimbulkan ketimpangan dan terciptanya lingkungan politik yang tidak sehat bisa berujung pada kudeta penggulingan atau yang biasa disebut “Makar”.

•Makar adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan yang bertujuan untuk menggulingkan atau merusak pemerintahan yang sah, atau untuk melakukan kejahatan terhadap negara atau masyarakat. Makar dapat berupa tindakan kekerasan, sabotase, atau bentuk lain dari kegiatan yang bertujuan untuk mengganggu stabilitas dan keamanan negara.

Seperti pada Peristiwa 3 Juli 1946 Terjadi tidak lama setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Situasi politik saat itu masih labil, banyak pihak bersaing memperebutkan pengaruh kekuasaan. Sejumlah tokoh politik dan militer berupaya menggulingkan pemerintahan Kabinet Sutan Syahrir yang tidak puas dan dianggap terlalu kompromistis dengan Belanda.

Namun upaya kudeta ini berujung gagal. Pemerintah berhasil mengendalikan keadaan, sementara beberapa tokoh yang terlibat ditangkap. peristiwa ini Menunjukkan bahwa pada awal kemerdekaan, Indonesia masih rentan terhadap konflik internal dan perebutan kekuasaan. 

Salah satu contoh peristiwa kelam yang tidak akan terlupakan adalah Gerakan 30 September / PKI (G30S/PKI) – 1965 Peristiwa yang terjadi Pada awal 1960-an, kondisi politik Indonesia penuh ketegangan, terutama antara PKI (Partai Komunis Indonesia), TNI, dan kelompok politik lainnya. Pada malam 30 September – 1 Oktober 1965, sekelompok orang menculik dan membunuh tujuh perwira tinggi TNI AD. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai G30S/PKI.

Gerakan tersebut gagal, dan muncul gelombang penumpasan PKI di seluruh Indonesia.Tragedi ini memicu pergolakan besar, jatuhnya banyak korban, serta mengubah arah politik Indonesia dengan naiknya Soeharto ke tampuk kekuasaan. Peristiwa ini Menjadi titik balik sejarah bangsa, menandai berakhirnya dominasi politik Presiden Soekarno dan dimulainya Orde Baru.

•Jika dikaitkan antara dinamika politik dimasa lalu dengan polemik yang terjadi pada hari ini hampir memiliki kesamaan.

Berbagai kebijakan kontraversi mulai dari kenaikan pajak dipemimpin daerah hingga pada puncaknya yaitu kenaikan tunjangan anggota dewan dibarengi dengan beberapa sikap dan pernyataan yang tidak etis sebagai anggota dewan yang dikonsumsi secara publik oleh masyarakat umum juga menjadi awal pemicu kemarahan masyarakat. 

Akibat daripada ketimpangan ini menimbulkan terjadinya aksi unjuk rasa berujung demonstrasi antara warga sipil yang menuntut ketidakadilan atas kebijakan yang tidak berpihak dengan pihak aparat yang menjaga keamanan.

Akibat daripada aksi demonstrasi yang terjadi hampir diseluruh daerah besar di Indonesia menimbulkan banyak kerusakan secara materi bahkan sampai pada hilangnya nyawa orang-orang yang tak bersalah ditengah jalur demokrasi!

Akibat massa demonstrasi yang tak bisa terkontrol hingga mengakibatkan chaos sudah tak bisa lagi terhindarkan. hingga puncak tersulutnya api emosi ketika gugurnya seorang pengemudi ojek online rekan aparat yang terlindas mobil aparat. 

Hingga pasca peristiwa tewasnya “affan” yang dimanfaatkan oleh pihak provokasi mengakibatkan kekacauan besar yang terjadi seperti pembakaran fasilitas umum, Gedung Dpr di makassar dan hingga mengganggu jalannya unjuk rasa dengan melakukan provokasi. Tidak hanya itu tetapi pihak yang diduga terlibat sebagai provokator menjarah fasilitas umum dan rumah warga sipil termasuk pejabat dan anggota DPR yang terlibat masalah. 

Melihat catatan kelam awal pemerintahan sepanjang agustus dan september ini juga terjadi pada peristiwa dimasa lalu yang menelan korban jiwa, kerusakan besar-besaran, dan penjarahan yang diprakarsai oleh pihak provokator dan beberapa penemuan dari pada bukti kerusakan seperti bahan bakar dan bom molotov. 

Siapa yang memprakarsai gerakan provokator yang mereka latih dan danai hingga menimbulkan kerusakan sebesar ini? apakah dari kubu internal atau pihak asing? Kejahatan yang sudah terorganisir. 

Dari peristiwa ini kita lagi-lagi kembali diterkam puing- puing luka bekas masa lalu yang masih belum pulih sepenuhnya. Mendulang luka yang kembali mekar atau justru makar!

Tidak ada yang menginginkan keadaan seperti ini! Bersuara dicap salah atau Tidak bersuara pemangku kebijakan semena-mena. Kami hanya ingin layaknya orang normal. Tanpa rasa cemas, takut, dan khawatir akan keselamatan diri, keluarga, dan warga! Kami rindu rutinitas keseharian yang padat seperti biasa.

Tanpa harus disajikan informasi keburukan, ketimpangan, dan duka. Tanpa harus lagi berkoar-koar atas keadilan yang buta! Hanya ingin luka-luka negara kami kembali normal dan pulih seperti biasa. Hanya ingin segera ada tindakan dan solusi.

Tanpa adanya rasa penyesalan, sedih, dan beban fikiran. Menjemput fajar mengais rezki dan harapan.

Sarapan dengan bekal sebungkus nasi.Walaupun kadang ngutang ngopi dan rokok dikedai kopi. Sesederhana itu kami ingin merasakan kemerdekaan tanpa harus berkelahi dengan ketidakadilan yang berkecamuk dengan isi kepala. (*)

Tags:
  • Opini
Bagikan:
Baca juga
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terkait
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Berita terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Tampilkan lebih banyak
Most popular
  • Polisi Tegaskan Isu Penculikan dan Kanibalisme di Parepare Hoaks

    15 Oktober
    Polisi Tegaskan Isu Penculikan dan Kanibalisme di Parepare Hoaks
  • Tim Futsal Parepare Rebut Tiket Porprov Sulsel

    20 Oktober
    Tim Futsal Parepare Rebut Tiket Porprov Sulsel
  • Rapat Harian PCNU Parepare Bahas Maulid hingga Pelantikan Empat MWC Kecamatan 

    15 Oktober
    Rapat Harian PCNU Parepare Bahas Maulid hingga Pelantikan Empat MWC Kecamatan 
  • Viral! Kapolsek Mallusetasi Barru Diduga Intimidasi Wartawan saat Liputan Tambang Galian C

    17 Oktober
    Viral! Kapolsek Mallusetasi Barru Diduga Intimidasi Wartawan saat Liputan Tambang Galian C
  • Cekcok di Kebun Berujung Maut, Polisi Sidrap Bekuk Pelaku Pembunuhan Sadis

    15 Oktober
    Cekcok di Kebun Berujung Maut, Polisi Sidrap Bekuk Pelaku Pembunuhan Sadis
Rupa Mata
Rupa Mata
  • Redaksi
  • Visi Misi
  • Makna Logo dan Warna
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
Copyright © 2025 Rupa Mata. All rights reserved.