Eksistensi Pasar Senggol Digeser Maraknya Event Modern di Lapangan Andi Makkasau
Kabid PTKP HMI KOMISARIAT STAIN Parepare
RUPAMATA.ID,PAREPARE--Dampak Sosial-Ekonomi Event Modern di Lapangan Andi Makkasau terhadap Pergeseran Minat Beli dan Eksistensi Pasar Senggol sebagai Ikon Tradisional Kota Parepare”
Pasar Senggol sejak lama menjadi ikon pasar tradisional Kota Parepare. Ia tidak hanya berfungsi sebagai tempat transaksi jual beli, tetapi juga memiliki peran sosial yang mempererat interaksi masyarakat.
Suasana khas di malam hari, keberagaman kuliner tradisional, dan kesederhanaan pedagang kecil menjadikannya denyut ekonomi rakyat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pamor pasar ini mulai meredup.
Pergeseran minat beli masyarakat lebih banyak disebabkan oleh maraknya event di Lapangan Andi Makkasau yang berhasil menarik perhatian khalayak luas, khususnya generasi muda.
Tidak dapat dipungkiri, event yang digelar di jantung kota memberi warna baru bagi masyarakat Parepare. Konser musik, bazar modern, hingga festival hiburan menghadirkan pengalaman yang lebih segar dan cenderung lebih menarik dari segi visual maupun suasana.
Akan tetapi, di balik gemerlap tersebut, pedagang kecil di Pasar Senggol semakin terpinggirkan. Pengunjung yang biasanya memenuhi pasar kini lebih memilih keramaian di Lapangan Andi Makkasau, menyebabkan penurunan drastis pada pendapatan pedagang tradisional yang hanya mengandalkan rutinitas keramaian alami pasar.
Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah kota. Pasar tradisional tidak semata-mata ruang ekonomi, melainkan juga cermin budaya dan identitas lokal. Jika dibiarkan, pergeseran minat beli ini akan semakin memperlebar kesenjangan antara pedagang kecil dan pelaku usaha besar.
Pemerintah dituntut hadir dengan kebijakan yang lebih berpihak, misalnya dengan memberi ruang bagi pedagang kecil dalam event besar, atau melakukan revitalisasi pasar agar tetap mampu bersaing di era modern.
Keberlangsungan Pasar Senggol harus dijaga bersama. Revitalisasi fasilitas, promosi kreatif, dan integrasi pasar tradisional dalam kalender event resmi kota dapat menjadi solusi. Dengan begitu, masyarakat tetap merasa bangga mendatangi pasar tradisional sebagai bagian dari identitas budaya, bukan hanya sekadar tempat jual beli.
Jika tidak ada langkah nyata, ikon ini perlahan akan kehilangan makna. Sudah saatnya semua pihak berpihak pada pedagang kecil agar denyut ekonomi rakyat tetap hidup di tengah gemerlap event-event modern.(*)