Krisis Solar Lumpuhkan Pertanian dan Logistik di Sidrap, Warga Desak Pertamina Bertindak
RUPAMATA.ID,SIDRAP--Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) tengah dilanda krisis bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi. Kelangkaan yang sudah berlangsung lebih dari sepekan ini berdampak serius pada sektor pertanian, distribusi logistik, hingga aktivitas ekonomi masyarakat, Selasa (9/9/2025).
Hampir seluruh SPBU di sepuluh kecamatan Sidrap mengalami kekosongan stok solar. Antrean kendaraan, terutama truk dan mobil bak terbuka, mengular berhari-hari. Tak sedikit sopir yang terpaksa bermalam di SPBU demi mendapatkan solar.
“Ini bukan antre berjam-jam lagi, tapi sudah berhari-hari. Kadang sampai tiga hari baru dapat jatah beberapa liter,” keluh Lukman, sopir truk logistik.
Kelangkaan solar terjadi bertepatan dengan puncak musim panen padi. Para petani di Maritengngae, Watang Pulu, Tellu Limpoe, Dua Pitue, Pitu Riase, hingga Pitu Riawa mengaku kesulitan mengoperasikan mesin perontok padi dan pompa air.
“Sawah sudah waktunya panen, tapi mesin perontok tak bisa jalan tanpa solar. Kami terancam rugi besar,” ujar Abdul Rahman, petani di Watang Sidenreng.
Sebagian petani terpaksa membeli solar dari pengecer dengan harga dua kali lipat. Kondisi ini membuat biaya produksi meningkat dan berpotensi menurunkan hasil panen.
Pengelola SPBU menyebut kelangkaan terjadi karena Pertamina memangkas suplai harian. Biasanya, setiap SPBU menerima 8 hingga 10 ton solar per hari. Namun, dalam sepekan terakhir, pasokan menurun drastis hanya beberapa ton dan datang dua hari sekali.
“Biasanya suplai dari Pertamina Parepare, tapi sekarang stok di sana terbatas. Jadi harus ambil dari Makassar, itupun jatahnya kecil,” ungkap seorang pengelola SPBU di Sidrap.
Keterbatasan ini membuat SPBU kelimpungan menghadapi lonjakan permintaan dan sering menjadi sasaran kemarahan masyarakat.
Selain petani, sopir truk pengangkut logistik juga terpukul. Distribusi bahan pokok dan kebutuhan industri ke Makassar serta daerah sekitarnya terganggu.
“Saya sudah dua hari berhenti karena solar habis. Jadwal kirim logistik ke Makassar tertunda, rugi waktu, rugi uang,” kata Lukman.
Jika kondisi terus berlanjut, rantai pasok kebutuhan pokok dikhawatirkan terputus sehingga memicu kenaikan harga pangan.
Situasi ini memicu desakan dari aktivis dan tokoh masyarakat agar Pertamina segera memberikan solusi konkret.
“Jangan sampai masyarakat dibiarkan menderita tanpa solusi. Sidrap ini lumbung pangan Sulsel, masa petani dibiarkan kelimpungan,” tegas Arman Tahir, Ketua Forum Peduli Petani Sidrap.
Pemerintah Kabupaten Sidrap pun diminta segera berkoordinasi dengan Pertamina dan Kementerian ESDM untuk menormalkan distribusi.
Jurnalis: Fatimah