Singgung 3 Prodi Nol Prestasi, Tindakan Warek III IAIN Parepare Dikecam Mahasiswa
RUPAMATA.ID,PAREPARE--Wakil Rektor (Warek) III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare Dr. Ali Rusdi disinyalir mendiskriminasi program studi (Prodi), Rabu (27/8/2025).
Hal itu mencuat setelah beredar video, pidato dan pemaparan prestasi mahasiswa dari 27 Prodi S1, yang dilakukan oleh Dr. Ali Rusdi dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) 2025, di Gedung Auditorium IAIN Parepare.
Dalam pidatonya, nampak Warek III begitu membanggakan berbagai Prodi yang ia nilai unggul, di hadapan 1.338 mahasiswa baru.
Namun di sela pemaparannya, Dr. Ali Rusdi juga tak ragu menampilkan potret 3 Prodi di IAIN Parepare, yang menurutnya tidak memiliki mahasiswa yang berprestasi, atau Prodi dengan Nol Prestasi.
"Mohon maaf ada 3 program studi yang tidak punya prestasi sama sekali. Ada dari Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Jurnalistik Islam dan Manajemen Zakat dan Wakaf," kata Dr Ali Rusdi.
"Bisa jadi ada prestasinya (mahasiswa) tapi tidak diupload. Atau memang tidak ada yah," ujarnya.
Menurut Warek III ini, pemaparan Prodi yang berprestasi maupun yang dilabeli nol prestasi, dinilai perlu dilakukan. Tujuannya, untuk menyambut mahasiswa baru dengan memperkenalkan prodi-prodi unggul, yang kaya akan presentasinya.
Namun, bukannya mendapat apresiasi, tindakan Warek III ini justru dikecam sejumlah mahasiswa dan alumni. Karena dinilai mendiskriminasi dan meremehkan integritas 3 Prodi yang disinggung, di hadapan ribuan mahasiswa baru.
"Jujur saja, kami kecewa dengan tindakan Pak Warek III dalam kegiatan itu. Di saksikan adik-adik mahasiswa baru, beliau seolah mempermalukan kami dan prodi kebanggaan kami," kata Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HM-PS) Jurnalistik Islam, Nanda Mikola Putra.
"Yaah tidak etis saja rasanya jika seorang pemimpin atau bagian dari pemimpin institusi, yang seharusnya merangkul semua mahasiswa dari berbagai prodi, dan membantu agar mampu berkembang. Justru kesannya sengaja diperlakukan, dengan prodinya dilabeli nol prestasi," jelas Mikola.
Dia menilai, Warek III yang bertanggung jawab atas bidang Kemahasiswaan, seharusnya tidak menampilkan data Prodi yang mahasiswa yang dianggap tidak memiliki prestasi.
"Wisuda saja tidak ada itu momen disampaikan mahasiswa yang IPK nya paling rendah, atau mahasiswa terburuk. Makanya kami heran, apa maksudnya Pak Warek seperti itu, untuk apa beliau menampilkan hal yang tentu saja secara tindak langsung, ia menjatuhkan mental kami sebagai mahasiswa prodi yang ia remehkan, dan mental adik-adik kami yang baru bergabung di Prodi Jurnalistik Islam," terangnya.
Sendana dengan Mikola, salah seorang mahasiswa Prodi Jurnalistik Islam Tifani Putra Noris turut mengungkapkan kekecewaannya, atas tindakan diskriminatif dari Warek III IAIN Parepare.
"Harusnya jangan ditampilkan di depan mahasiswa baru (Maba). Apa lagi pas PBAK, ribuan maba yang lihat. Seharusnya Pak Warek membangun semangat maba, bukan mematahkan dengan label Jurusan Tidak Berprestasi," ungkapnya.
"Pasti maba yang lihat itu lemah mi motivasinya, terutama mahasiswa yang pilih program studi yang dicap nol prestasi. Kedepannya hal ini dapat memicu stigma yang tidak sehat di lingkungan akademik. Kalau pemimpin kampus saja sudah merendahkan, bagaimana mahasiswa bisa bangga dengan jurusan atau prodinya," imbuh Tifani.
Sementara, Ketua HM-PS Pengembangan Masyarakat Islam Dwi Anugrah Husni, mengatakan, tindakan Warek III yang menampilkan prodi dengan label Nol Prestasi di depan ribuan mahasiswa baru, adalah langkah yang keliru, dan tidak seharusnya dilakukan oleh seorang dosen atau Wakil Rektor.
Alih-alih membangkitkan motivasi, menurut Dwi, itu justru berpotensi mematikan semangat dan menumbuhkan stigma tidak sehat di lingkungan akademik.
"Pertanyaannya, apakah prestasi mahasiswa hanya semata-mata diukur dari juara lomba dalam setahun terakhir. Karena faktanya, banyak mahasiswa di prodi yang dicap “tidak berprestasi” justru berkiprah langsung di masyarakat, sebagai bentuk kontribusi nyata yang tak kalah penting. Hanya saja tidak masuk dalam definisi sempit prestasi versi lomba 1–3 besar," jelasnya.
Dwi menilai, jika pihak kampus apalagi seorang pemimpin telah menghidupkan label negatif dan rendah pada mahasiswa atau prodi. Secara tidak langsung kampus berhasil mematikan percaya diri, dan motivasi mahasiswa.
"Kalau pihak kampus apalagi pimpinan sudah menanamkan label negatif, kepada mahasiswa atau program studi. Lalu, bagaimana mahasiswa bisa menumbuhkan rasa bangga terhadap prodinya sendiri," pungkasnya.
"Bukankah tugas kampus justru mendorong, merangkul, dan mengapresiasi semua bentuk prestasi mahasiswa. Bukan malah sengaja mempermalukan mereka di depan publik," tegas Dwi.(*)